Koreksi Tajam Bitcoin Sebelum Rebound ke $112.000, Tegaskan Pentingnya Literasi Kripto bagi Investor

Jakarta, 15 Oktober 2025 – Pasar aset kripto kembali menunjukkan volatilitas tinggi setelah Bitcoin (BTC) sempat terkoreksi tajam ke level US$108.000, pada 11 Oktober 2025, sebelum kembali naik ke angka $112.000. Pergerakan harga yang fluktuatif ini menjadi pengingat bagi para investor akan pentingnya pemahaman mendalam dan literasi aset kripto dalam menghadapi gejolak dinamika pasar.

Kondisi pasar yang “rungkad” ini diprediksi bukan hanya disebabkan oleh aksi profit taking, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti ketidakpastian makroekonomi global, termasuk ketegangan geopolitik yang terjadi antara Amerika Serikat dan China.

Meski sempat melemah, pemulihan cepat ke kisaran US$114.000 menunjukkan bahwa minat terhadap aset kripto utama seperti Bitcoin tetap kuat dan memiliki daya tahan tinggi (resilience). Namun, di tengah daya tahannya, koreksi harga yang signifikan ini sempat menimbulkan panik pada kondisi psikologis pasar.

Di sisi lain, CEO Bittime, Ryan Lymn, memandang volatilitas ekstrem seperti ini seharusnya tidak menimbulkan kepanikan, melainkan menjadi momentum edukasi bagi investor untuk memahami karakteristik unik pasar aset digital. 

“Fluktuasi harga adalah bagian tak terpisahkan dari pasar kripto. Yang membedakan investor berpengalaman dengan investor reaktif adalah tingkat pemahaman mereka terhadap risiko dan mekanisme pasar. Di sinilah literasi kripto memainkan peran kunci,” ujar Ryan Lymn.

Ia menambahkan bahwa, crash harga bukan semata sinyal negatif, melainkan juga fase penyesuaian pasar yang sehat. Sebab, rebound cepat Bitcoin dari US$108.000 ke US$114.000, berarti membuktikan kekuatan fundamental dalam permintaan aset digital. Namun, tentu hal ini harus diikuti dengan pemahaman dan literasi yang cukup, serta tingkat risiko yang sesuai.

Apalagi, setelah melihat respon pasar yang terjadi kemarin, di mana panik besar-besaran terjadi menanggapi penurunan nilai aset yang signifikan, dan mendorong berbagai aksi dari para investor, juga trader.

Karena itu, sangat penting untuk memahami instrumen dan strategi investasi yang diambil di tengah gejolak pasar dampak dari dinamika geopolitik serta kondisi makro ekonomi global saat ini.

Selaras dengan ini, Bittime, sebagai salah satu platform pertukaran aset kripto berizin yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),  menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan literasi dan kesadaran risiko bagi investor melalui berbagai inisiatif edukatif. Platform ini secara rutin merilis konten-konten edukatif seputar industri aset kripto yang mencangkup potensi pertumbuhan, latar belakang, kondisi pasar, dan strategi yang dapat diterapkan. Tujuannya agar pengguna memahami berbagai instrumen investasi yang dapat menjadi pilihan, termasuk kelebihan dan kekurangan suatu proyek, serta teknologi yang mendasari proyek tersebut.

Selain itu, fitur staking yang tersedia di Bititme, menjadi salah satu strategi yang belakangan banyak dipilih oleh para investor, terutama investor jangka panjang. Sebab, fitur staking Bittime, memberikan imbal hasil akhir (APY) tertinggi di Indonesia dengan berbagai pilihan aset yang dapat di staking, salah satunya Bitcoin.

Di tengah fluktuasi kondisi pasar, mengunci aset dengan fitur staking dalam periode waktu tertentu dapat diartikan sebagai strategi untuk “mengamankan” nilai aset. Sebab, aset tersebut akan “dikunci” dan tetap memberikan passive income dari jumlah APY yang profitable.

Dengan ini, Bittime berharap agar pengguna tidak hanya menjadi investor yang reaktif terhadap harga, tetapi juga partisipan cerdas dalam ekosistem keuangan digital. Investor yang memiliki pemahaman kuat terhadap mekanisme pasar akan lebih mampu menghadapi ketidakpastian jangka pendek dan fokus pada potensi jangka panjang aset digital. 

Edukasi bukan hanya alat untuk meminimalkan risiko, tetapi juga pondasi untuk memperkuat kepercayaan publik terhadap industri aset kripto yang sedang berkembang di Indonesia. 

Tentu, perlu dipahami bahwa investasi aset kripto mengandung risiko yang termasuk fluktuasi harga, kehilangan modal, risiko likuiditas, teknologi, dan regulasi yang menjadi tanggung jawab pribadi pengguna. Oleh karena itu, sangat penting mengetahui tingkat toleransi risiko, serta strategi dan metode investasi yang sesuai bagi masing-masing investor.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES
  • Related Posts

    KAI Layani 2,5 Juta Pengguna LRT Jabodebek pada November 2025

    LRT Jabodebek mencatatkan total 2.563.728 pengguna pada bulan November 2025, dengan rata-rata jumlah pengguna pada hari kerja mencapai 105.673 dan 45.027 pengguna pada akhir pekan. Stasiun Dukuh Atas BNI, Harjamukti,…

    Indonesia Perkuat Hilirisasi Mineral Kritis untuk Teknologi Masa Depan

    Pemerintah Indonesia bertekad memperkuat kedaulatan industri nasional seiring dengan pesatnya pertumbuhan permintaan global terhadap mineral kritis selaku komponen esensial bagi teknologi masa depan. Langkah strategis tersebut ditegaskan melalui kebijakan hilirisasi…

    You Missed

    KAI Layani 2,5 Juta Pengguna LRT Jabodebek pada November 2025

    KAI Layani 2,5 Juta Pengguna LRT Jabodebek pada November 2025

    Indonesia Perkuat Hilirisasi Mineral Kritis untuk Teknologi Masa Depan

    Indonesia Perkuat Hilirisasi Mineral Kritis untuk Teknologi Masa Depan

    KAI Perkuat Sistem Keamanan LRT Jabodebek dengan 1.129 Unit CCTV di Kereta dan Stasiun

    KAI Perkuat Sistem Keamanan LRT Jabodebek dengan 1.129 Unit CCTV di Kereta dan Stasiun

    Kementerian PU Terus Bekerja Pulihkan Konektivitas Jalan di Aceh dan Sumatera Demi Kelancaran Bantuan dan Mobilitas Warga

    Kementerian PU Terus Bekerja Pulihkan Konektivitas Jalan di Aceh dan Sumatera Demi Kelancaran Bantuan dan Mobilitas Warga

    Pengelolaan Gaji Pertama agar Lebih Terarah dan Produktif

    Pengelolaan Gaji Pertama agar Lebih Terarah dan Produktif

    Emas Melemah Jelang Keputusan The Fed, Namun Tren Bullish Tetap Kokoh

    Emas Melemah Jelang Keputusan The Fed, Namun Tren Bullish Tetap Kokoh