Harga Minyak WTI Naik Tipis, Didukung Ketegangan Geopolitik dan Permintaan Tiongkok

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%, menjadi $69,53 per barel pada perdagangan hari Rabu (20/11). Peningkatan ini didorong oleh sejumlah faktor global, seperti meningkatnya ketegangan dalam perang Rusia-Ukraina dan tanda-tanda peningkatan impor minyak mentah oleh Tiongkok. Namun, kenaikan harga tetap dibatasi oleh laporan lonjakan stok minyak mentah AS yang mencapai 4,75 juta barel dalam pekan yang berakhir 15 November, menurut data dari American Petroleum Institute (API).

Andy Nugraha, analis Dupoin Indonesia, memproyeksikan secara teknikal bahwa, indikator teknikal menunjukkan potensi terbentuknya kembali tren bullish pada WTI. Berdasarkan kombinasi Moving Average, harga minyak berpeluang naik hingga $70,5 per barel sebagai target utama. Namun, jika harga gagal melanjutkan kenaikan dan mengalami pembalikan arah (reversal), level $66,5 menjadi target penurunan terdekat.

Situasi geopolitik terus memengaruhi pasar minyak global. Perang Rusia-Ukraina kembali memanas setelah Ukraina menggunakan rudal ATACMS buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia, yang disebut Moskow sebagai serangan besar pertama. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan memperingatkan kemungkinan eskalasi lebih lanjut, termasuk serangan nuklir. Ketegangan ini meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak, mendukung sentimen bullish di pasar.

Selain itu, data terbaru dari pelacak kapal Kpler menunjukkan bahwa impor minyak mentah Tiongkok berada di jalur untuk mencapai atau mendekati rekor tertinggi pada November ini. Setelah periode impor yang lemah sepanjang tahun, peningkatan permintaan dari importir terbesar dunia ini menjadi katalis penting yang menopang harga minyak. Brent, patokan harga minyak global, sebelumnya sempat merosot 20% dari level puncaknya di bulan April sebesar $92 per barel akibat melemahnya impor Tiongkok.

Namun, kenaikan harga minyak WTI juga dibatasi oleh kondisi di AS. Meskipun stok minyak mentah naik, persediaan bensin dan minyak sulingan justru menurun, masing-masing sebesar 2,48 juta barel dan 688.000 barel, menurut laporan API.  Data resmi stok minyak AS yang akan dirilis pemerintah pada hari ini juga menjadi perhatian utama untuk menentukan arah harga selanjutnya.

Secara keseluruhan, pasar minyak tengah menghadapi tekanan dari sisi fundamental dan geopolitik. Lonjakan stok minyak AS dan penurunan permintaan sebelumnya menjadi tantangan, namun ketegangan geopolitik dan lonjakan impor Tiongkok memberikan harapan akan stabilnya harga minyak di level yang lebih tinggi. Dengan tren bullish yang mulai terlihat pada grafik teknikal, WTI diharapkan mampu mempertahankan momentum positifnya dalam beberapa waktu mendatang.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES

  • Related Posts

    Topi Olahraga Wajib Punya di Tahun 2024

    Bulan Olahraga Nasional menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan semangat berolahraga. Selain pakaian olahraga yang nyaman, topi juga menjadi aksesori penting untuk melindungi kepala dari sinar matahari dan memberikan tampilan…

    Lupa Waktu Main Idle RPG Ini! Luna Heroes Bikin Kamu Ketagihan! Cek Review-nya!

    Lagi cari game yang relax tapi tetap seru? Luna Heroes bisa jadi pilihan! What’s up, gamers! Lagi cari game yang relax tapi tetap seru? Luna Heroes bisa jadi pilihan! 🔥✨…

    You Missed

    NYC English เปิดตัวการจัดจำหน่าย B2C ในประเทศไทยผ่านความร่วมมือกับ SE-ED

    NYC English เปิดตัวการจัดจำหน่าย B2C ในประเทศไทยผ่านความร่วมมือกับ SE-ED

    Topi Olahraga Wajib Punya di Tahun 2024

    Topi Olahraga Wajib Punya di Tahun 2024

    Lupa Waktu Main Idle RPG Ini! Luna Heroes Bikin Kamu Ketagihan! Cek Review-nya!

    Lupa Waktu Main Idle RPG Ini! Luna Heroes Bikin Kamu Ketagihan! Cek Review-nya!

    Manfaat dan Keunggulan Pembalut Herbal untuk Kesehatan Wanita

    Manfaat dan Keunggulan Pembalut Herbal untuk Kesehatan Wanita

    Rusia-Ukraina Memanas, Harga Emas Berpeluang Naik

    Rusia-Ukraina Memanas, Harga Emas Berpeluang Naik

    Riset Terbaru: Bisnis B2B di Indonesia Belum Optimalkan Social Media

    Riset Terbaru: Bisnis B2B di Indonesia Belum Optimalkan Social Media