Era Orde Baru dimulai setelah Presiden Soekarno mengakhiri masa pemerintahannya pada 1966 dan digantikan oleh Jenderal Soeharto. Pada masa ini, Indonesia mengalami stabilitas politik yang luar biasa dan transformasi ekonomi yang pesat. Namun, di balik keberhasilan tersebut, Orde Baru juga diwarnai dengan berbagai kontroversi yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia dan penyalahgunaan kekuasaan.
Transisi Kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto
Setelah krisis politik yang terjadi pada tahun 1965, yang dikenal sebagai G30S/PKI, Soekarno kehilangan kendali atas pemerintahan. Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad, memimpin penanggulangan terhadap gerakan tersebut dan akhirnya memperoleh kekuasaan penuh. Dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966, Soeharto mulai memegang kendali penuh atas negara Indonesia.
Stabilitas Politik dan Keamanan
Soeharto membangun stabilitas politik dengan mengendalikan seluruh kekuatan politik, termasuk mengurangi pengaruh partai-partai politik yang ada di Indonesia. Dalam masa Orde Baru, Soeharto berfokus pada pembangunan ekonomi melalui kebijakan pembangunan jangka panjang yang dikenal dengan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Keamanan dalam negeri dijaga dengan sangat ketat, dan segala bentuk oposisi terhadap pemerintah ditekan, termasuk pembatasan kebebasan pers dan aktivitas politik yang dianggap mengancam stabilitas.
Pembangunan Ekonomi yang Pesat
Orde Baru dikenal dengan kebijakan pembangunan ekonominya yang berhasil meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia secara signifikan. Dengan mendatangkan investasi asing dan mengembangkan sektor industri, Soeharto berhasil menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan per kapita. Indonesia juga berhasil melakukan swasembada pangan, khususnya dalam produksi beras.
Penyalahgunaan Kekuasaan dan Korupsi
Meski sukses dalam pembangunan ekonomi, era Orde Baru juga penuh dengan penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) berkembang pesat di kalangan pejabat tinggi pemerintah, termasuk keluarga Soeharto. Keberhasilan pembangunan ekonomi sering kali hanya dirasakan oleh kalangan tertentu, sementara masyarakat di lapisan bawah tetap hidup dalam kesulitan.
Krisis Ekonomi dan Kejatuhan Orde Baru
Pada akhir 1990-an, Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter Asia. Nilai tukar rupiah jatuh, dan perekonomian Indonesia terpuruk. Ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah yang semakin otoriter dan tidak transparan memuncak. Pada Mei 1998, Soeharto akhirnya mengundurkan diri setelah mendapat tekanan besar dari mahasiswa, rakyat, dan militer.
Kesimpulan
Masa Orde Baru merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Di satu sisi, pemerintahan Soeharto berhasil menciptakan stabilitas politik dan memacu pembangunan ekonomi yang pesat. Namun, di sisi lain, era ini juga diwarnai dengan praktik-praktik korupsi yang merusak struktur pemerintahan dan menyebabkan ketimpangan sosial yang besar. Kejatuhan Orde Baru menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintah yang adil dan sejahtera.








